Karaeng Pattingalloang Menolak Tawaran Arung Pitu untuk Mengangkat Tokoh Gowa sebagai Penguasa Bone


FAJAR.CO.ID — Usai, Raja Bone ke-13, La Madaremmeng turun takhta, sempat terjadi kekosongan pemimpin di Kerajaan Bone.

Mundurnya La Madaremmeng membuat Bone kalah atas Kerajaan Gowa. Sistem pemerintahan La Madaremmeng yang menerapkan syariat Islam secara keras membuatnya terpaksa mundur.

Ajaran Islam yang dianutnya berbeda dengan yang dipahami oleh Kerajaan Gowa-Tallo yang merupakan penyebar Islam.

Sultan Tallo, Karaeng Pattingalloang meminta Arung Pitu memilih seorang penguasa untuk menggantikan La Madaremmeng.

Sejarawan, Leonard Y Andaya menyatakan, setelah lima hari menimbang-nimbang, Arung Pitu pun melaporkan bahwa tidak ada keturunan penguasa Bone yang mumpuni.

Olehnya itu, Arung Pitu menyarankan agar ada tokoh dari Kerajaan Gowa yang diangkat memimpin di Bone.

“Kami telah mencari seorang di antara keturunan penguasa Bone yang kami anggap mampu mempertahankan Tanah Bone, namun ternyata tidak ada. Karena itu, kami akan berterima kasih (kiparapa’maiki) jika kami dapat menjadikan Karaeng [Gowa] sebagai pemimpin Bone,”.

Namun, Karaeng Gowa dan Karaeng Pattingalloang menolak tawaran Arung Pitu untuk menjadi Arumpone.

Ketika menolak, Karaeng Pattinngaloang menjelaskan bahwa dalam pemilihan pemimpin, kerajaan lain tidak boleh ikut campur.

“Adat adalah, ketika kami memilih seorang penguasa, orang Bone tidak boleh ikut campur. Sebaliknya, jika orang Bone memilih seorang pemimpin, kami juga tidak boleh ikut campur…”

Karena itu, seorang bangsawan Bone, Tobala, diangkat menjadi pemimpin Bone pada November 1643 dan bertanggung jawab kepada seorang petinggi Makassar, Karaeng Sumanna (Abdurrahim [t.t]:71).



Leave a Comment