Ekonomi Sulit, Pemuda China Ramai-ramai Mendekat pada Tuhan



loading…

Pemuda China ramai-ramai mendekatkan diri kepada tuhan di tengah ekonomi yang sulit. FOTO/Reuters

JAKARTA – Di tengah ekonomi yang sulit, banyak pemuda di China mendekatkan diri kepada tuhan. Berdasarkan data yang dirilis oleh platform perjalanan China , Qunar, jumlah pengunjung ke kuil meningkat sebesar 367% pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan tersebut terjadi sejak pembatasan Covid-19 dicabut Desember tahun lalu. Namun, beberapa situs religius lainnya juga mengalami peningkatan pengunjung dibandingkan dengan tingkat kunjungan sebelum Covid-19.

Hampir 2,5 juta wisatawan mengunjungi Gunung Emei di Sichuan, salah satu dari empat gunung suci dalam agama Budha di China, antara bulan Januari dan Mei. Jumlah tersebut meningkat lebih 50% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 silam.

Berdasarkan platform perjalanan lainnya, Trip.com sekitar setengah dari pengunjung kuil pada Januari dan Februari lahir setelah tahun 1990. Mengutip The Guardian, generasi milenial dan Gen Z adalah bagian dari kelompok anak muda yang menghadapi rekor tingkat pengangguran tertinggi di China. Pada Mei, tingkat pengangguran untuk usia 16 hingga 24 tahun mencapai 20,8%.

Pemulihan ekonomi China yang sulit dan perlambatan di sektor pendidikan, properti, dan teknologi telah menekan peluang bagi para lulusan baru. Akibatnya, banyak orang lebih percaya kepada dewa-dewi daripada gelar mereka.

Para pemuda China ini telah menjadi perbincangan di media sosial, merujuk pada kaum muda yang beralih ke persembahan spiritual dalam upaya mendekatkan diri kepada sang ilahi. “Antara maju dan bekerja, saya memilih dupa,” adalah salah satu slogan yang kini populer di China.

Slogan ini mencerminkan keinginan untuk berdoa demi perbaikan diri. Slogan ini dikaitkan dengan neijuan, atau involusi di mana kerja keras mereka sering kali sia-sia. Banyak kuil telah memenuhi permintaan akan makanan spiritual ini dengan menawarkan kursus meditasi, kafe di tempat dan, menurut beberapa laporan, pusat konseling psikologis. Semua ini telah diberi label ‘ekonomi kuil’.

Pernak-pernik bergaya Budha juga semakin populer. Pada Januari, kuil Lama, biara Budha terbesar di Beijing, mengeluarkan pernyataan yang mengklarifikasi bahwa mereka tidak mengizinkan platform pihak ketiga untuk menjual gelang kuil Lama, bertentangan dengan klaim beberapa vendor online.

Meskipun partai komunis China secara resmi adalah ateis, banyak orang yang beralih ke praktik-praktik kuno pada saat dibutuhkan. Prof Emily Baum dari University of California, Irvine, yang mempelajari sejarah China modern mengatakan.

Leave a Comment